[FREELANCE] Broken Heart – part 1

broken-heart

Author            : rosaliaaocha
Poster             : Choiri
Length            : Three Shoots
Genre              : Romance, Angst, Sad
Main Casts    :  Cho Chae Won (OC) | Choi Minho (SHINee)

                              Nichkhun Horvejkul (2PM) |Tiffany Hwang (SNSD)
Support Cast : Kang Jiyoung (ex-KARA)

Disclaimer      : Ini cuma ff buatan author, bukan untuk di bash apalagi di plagiat. It’s just my imagination. Idenya muncul karena patah hati sama Khun oppa sih memang. But I’m happy if he’s too. Tolong dihargai! Thank You ^^

This Fanfiction Has Been Published at

http://minhochaewon.wordpress.com

**

“I do love you, I do need you

But it doesn’t mean you can do anything and hurt me like this”

**

Watch this first !

Video Teaser

“Pantas saja dia dicampakkan. Penampilannya saja begitu.”
“Tiffany sunbae sangat jauuuh lebih cantik darinya.”
“Dia mana pantas bersanding dengan Nichkhun sunbae.”
“Huh yg benar saja yeoja sepertinya pernah dekat dengan Nichkhun sunbae.”


Aku muak… benar-benar muak. Tak tau apa kalau aku sedang menahan rasa sakitku karena rumor itu. Tidak… itu bukan rumor itu real! Menyedihkan hidupku. Benar-benar menyedihkan. Baru aku bahagia karena bisa dekat dengan sunbae yg aku idolakan, tapi hari itu juga ada pengumuman tentang dirinya yg berkencan dengan sunbae lain. Arrrrghhh… menyebalkan! Jinjja!
“Kau pikir dengan merengut begitu, Khun sunbae akan melirikmu? Astaga…”
“Bukan urusanmu!” Pekikku pada yeoja yg baru datang. Dia sahabatku, Jiyoung.
“Hah… tetap saja, kalau kau merengut begitu tugas kita takkan selesai. Sedangkan lusa sudah harus dikumpulkan. Ayolah… move on, baby.”
“Ahh… arraseo…. Geundae tak semudah itu.”
“Ne… aku mengerti. Tapi bisa ditunda dulu tidak dan kita mengerjakan tugas dengan baik, menyelesaikannya, mengumpulkannya, lalu kau boleh galau lagi. Otte?”
PLETAK… aku menjitak kepalanya yg mengeluarkan rencana yg tidak bisa bertoleransi sedikit dengan perasaanku. Jinjja…
“Appo… jinjja! Huh… geurae… akan kulakukan sendiri!”
Dia beranjak dan pergi dari hadapanku. Biarkan saja. Nanti juga dia kembali lagi.

**

Aku tak pernah tau apa yg dirasakannya padaku sebelumnya. Apa dia hanya menganggapku sebagai salah satu fansnya yg dengan mudahnya dia tinggalkan seperti ini? Tapi kenapa kemarin seolah dia begitu nyata di hadapanku. Membagi ceritanya, tersenyum padaku, melakukan hal-hal yg kami sukai bersama. Kenapa… kenapa dia sekarang justru pergi bersama yeoja lain.
Tak terasa air mataku sudah terjatuh. Tapi aku tak peduli. Melihat pemandangan di hadapanku benar-benar membuatku seperti orang bodoh yg mengharapkan keajaiban negeri dongeng. Sungguh menyedihkan… Bisakah aku melupakannya begitu saja? Bisakah?
“Omo… kau menangis?”
Aku mendongak, seorang namja bertubuh jangkung dengan mata bulatnya berdiri di hadapanku. Setelah mengerjapkan mataku beberapa kali kini aku melihatnya duduk sambiil tersenyum di hadapanku. Siapa dia?
“Choi Minho… Kau sedang patah hati, maja?” Ungkapnya kemudian.
“Sok tau!”
“Siapa yg tidak tau. Bukankah kau fans fanatic namja itu.” Tunjuknya pada sosok Khun sunbae.
Ya… memang seantero kampus pun tau aku selalu menjadi fans setia Khun Sunbae. Aku selalu menyebut-nyebut namanya sebagai tipe idealku. Berusaha dekat dengannya dengan mengikuti club yg dia ikuti padahal aku tak bisa. Misalnya badminton dan basket. Padahal aku tak suka olahraga.
“Lalu? Apa urusanmu.”
“Aku juga sedang patah hati.”
Aku meliriknya. Apa dia suka dengan Tiff sunbae?
“Wae?” Tanyanya dan menoleh padaku yg sedang menatapnya. Astaga.. mengagetkan saja.
“Aissh… aniyo. Geundae… kita senasib. Ah, sudahlah… aku tak mau memikirkannya lagi.”
“Tak mau tapi akhirnya kau pikirkan juga. Percuma…”
“Kau benar. Tak mudah memang. Ah, ya aku lupa ada janji untuk mengerjakan tugas. Aku duluan ne!”
Aku beranjak dari tempatku dan segera meninggalkannya. Geundae… tangannya menahanku untuk pergi dan jelas saja aku menoleh padanya.
“Ada apa?” Tanyaku.
“Biar kuantar. Bolehkah?”
“MWO?”
Tapi dia menarikku kencang dan tak bisa kuhindari. Dia memaksaku menaiki mobil sportnya yg berwarna biru. Woaah… mobil yg kuidamkan. Jinjja…

**

Dia menghentikan mobilnya di pelataran café yg sudah kusebutkan tadi.
“Gomawo.” Ucapku sebelum membuka pintu mobilnya.
“Chakkaman…”
Dia mendekatkan tubuhnya padaku. Sontak aku memundurkan tubuhku tapi terbentur jok mobil. A… apa… yg mau dilakukannya?
“Buka dulu seatbeltmu pabbo!”
Aku mendengus kesal. Sial. Dia benar-benar membuatku kesal. mengataiku pabbo segala! Kenapa tidak bilang dengan cara halus saja? Menyebalkan jinjja!
“Ne, gomawo!” Pekikku lalu keluar dari mobilnya dan menutup dengan keras pintu mobilnya.
Aku tak menunggu responnya dan memilih untuk segera memasuki café.

**

“Omo.. sekarang dia mengejar Minho sunbae?”
“Apa dia tak takut dicampakkan lagi?”
“PD Sekali dia.”
“Benar-benar yeoja murahan!”
Apa-apaan sih. Kenapa mereka seolah berbisik mengenaiku? Apa maksudnya? Mendekati Minho sunbae? Namja bermata kodok itu?
“Hai!” Sapa Jiyoung saat aku menghampirinya.
“Hai.. juga!” Ucapku.
“Kau benar-benar hebat, Cho Chae Won. Jinjja daebak!”
“Mwoya? Apa maksudmu dengan ‘daebak’ eoh? Aku tak berbuat apapun.”
“Tidak berbuat apanya? Barusan kau melakukan sesuatu yg DAE to the BAK. DAEBAK!”
“Apa?”
“Kau baru saja berciuman dengan kapten sepak bola yg terkenal, Choi Minho!” Kata Jiyoung dengan penuh penekanan.
Tunggu… apa katanya? Ciuman? Kapan? Aku dan dia? Siapa tadi? Kapten sepak bola? Terkenal? Aku saja baru mengenalnya tadi.
“Kau bercanda eoh? Ciuman apanya? Dan siapa tadi.. kapten? Aku saja baru mengenalnya hari ini. Memang dia terkenal ya?”
PLETAK… dia memukulku dengan bukunya. Dia pasti bales dendam.
“Makanya otakmu itu jangan diisi dengan Nichkhun… Nichkhun.. dan Nichkhun… Bahkan tentang namja tampan lain di kampus pun kau tak tau. Astaga, Cho Chae Won. Otak brilliantmu itu tiba-tiba menjadi sangat sangat tidak berguna hanya karena hal ini.”
“I don’t care… Tapi ciuman tadi maksudmu apa eoh?”
“Yang kalian lakukan tadi sebelum kau keluar dari mobil sportnya. Bukankah kalian berciuman? Kami semua melihat dengan jelas kok. Minho memajukan tubuhnya ke arahmu lalu kalian… berciuman. Maja?”
Aku memikirkannya. Benar-benar tak habis pikir. Berciuman katanya? Aku? Dan dia? Perasaan tadi dia hanya..
“YA!” Aku menggebrak meja hingga seluruh pengunjung café menoleh padaku dan kembali berbisik. Sial. “Tidak seperti itu! Aku dan dia tidak berciuman, Kang Jiyoung! Yg benar saja! Mana sudih first kiss-ku ini diberikan pada namja yg tak kukenal.”
“Lalu?”
“Dia hanya melepaskan seatbelt padaku. Itu saja.”
“Oooh… Dan bagaimana kalian bisa bersama?”
Aku menghela nafas dan kuceritakan seluruh kejadiannya pada sahabatku ini.
“Jadi dia suka dengan Tiffany sunbae?”
“Mungkin. Karena dia bilang dia juga sedang patah hati.”
“Tidak. Setauku mereka sepupuan.”
“SEPUPUAN? Tidak salah? Tapi dia bilang dia sedang patah hati. Ahh.. molla… itu urusannya. Aku tak peduli.”
“Ya sudah, kajja kita kerjakan tugas kita yg deadline besok. Kau ini benar-benar…”
“Hahaha… mian…

**

Aku memasuki area kampus dengan langkah gontai. Bagaimana tidak kalau pagi tadi Jiyoung mengirimiku pesan kalau hari ini dia tak masuk dan aku terpaksa harus presentasi tugas kami sendirian. Ohhh… GOD! Masalahnya adalah dosen kami adalah dosen terkiller. Yg benar saja aku akan menerima kritikan tajamnya itu sendirian. Awas kau Kang Jiyoung! Atau… aku tak masuk saja? Ahh… tidak… tidak… yg ada kami berdua tidak akan mendapat nilai dan terpaksa mengulang. Bertemu dengannya sekali saja sudah menyusahkan apalagi kalau harus bertemu lagi. Andwe… andwe… Aku pasti bisa. Hwaiting Chae Won-ah!
“Hai!”
“Eoh kapjagi… Kau?”
Kenapa kodok ini yg muncul? Membuatku tambah kesal saja.
“Ada apa lagi?” Tanyaku sinis.
“Mwoya? Kau bertanya dengan nada seperti itu padaku? Lupa, kemarin aku mengantarmu ke café?”
“Memang aku yg meminta?”
“Dasar tidak tau terima kasih.”
“Issh.. terserah!”
Aku berjalan mendahuluinya. Masa bodo dia berteriak-teriak dibelakang. Aku tak peduli!
“YAYAYA… CHO CHAE WON!”
Aku menutup kedua telingaku dan terus berjalan menjauhinya. Hah… pagi-pagi begini sudah bikin kesal. Apa dia tak tau gara-gara dia banyak mahasiswa yg mengataiku ini dan itu. Huh… semua namja memang menyebalkan.

**

Aku menatap gerombolan mahasiswa yg melihat papan pengumuman. Tidak biasanya mereka berkumpul dan tertarik dengan berita yg ada di sana. Biasanya hanya sesekali melirik lalu pergi. Pasti ada yg heboh lagi. Terakhir kali begitukan saat ada pengumuman mengenai Nichkhun sunbae dan Tiffany. Uggh.. memikirkannya saja sudah membuatku sedih.
“Eoh, itu dia… itu yeojanya kan?”
“Jadi yeoja itu yg berpacaran dengan Minho sunbae?”
“Bukankah dia yeoja yg mengejar Nichkhun sunbae?”
“Dia hebat.”
Aku melihat ke sekelilingku. Siapa yeoja yg dimaksud? Aku? Bukan, kan?
“Eoh, chogiyo… ada berita apa ya?” Tanyaku pada salah satu mahasiswa di sana.
“Ehm… kau dan Minho sunbae apa benar-benar berpacaran?”
“MWO?”
Aku tersentak kaget. Terlebih saat aku lihat foto-foto ‘kebersamaan’ kami yg sebenarnya tak disengaja. Ini benar-benar tak masuk akal… Aku keluar dari kerumunan orang-orang itu. Apa-apaan coba begitu. Mengeluarkan berita yg tak masuk akal.
Aku saja baru kemarin bertemu dengannya. Kenapa sudah ada pemberitaan yg aneh begitu.
“Ikut aku!”
Tanganku ditarik oleh seorang namja. Dia… dia Khun Sunbae?
Jantungku rasanya mau copot tiba-tiba karena dia menarikku. Setelah sekian lama kami tidak bertemu, akhirnya kami bisa bertemu lagi. Haruskah aku senang? Atau marah? Entahlah… menetralkan detak jantungku saja aku tak sanggup.

**

“Apa kau benar-benar berhubungan dengannya?” Tanyanya begitu langkahnya terhenti di ruangan yg selalu kami gunakan bersama secara rahasia.
Sebuah ruang kelas kosong yg hanya berisi sebuah piano tua kesukaannya. Tempatnya menyanyikan lagu yg hanya aku yg mendengarkannya.
“Maksud sunbae?”
“Minho. Choi Minho. Apa kau memiliki hubungan dengannya?”
“Tidak.”
“Hah… aku tau kau takkan mengecewakanku, Wonnie-ah.”
Aku tertegun. Aku tak mengerti dengan kata-katanya. Apa maksudnya dengan ‘tidak mengecewakannya’? Tapi aku yg kecewa padanya. Tak tau kah dia?
“Ah, ya… Chukkae sunbae.” Ucapku tiba-tiba.
Bisa kulihat raut wajahnya berubah sendu seketika. Aku tak tau apa yg ada dipikirannya. Tapi saat dia memeluk tubuhku. Entah kenapa aku merasakan kesedihan dari dalam tubuhnya. Dia seperti sedang tertekan.
Aku tak memberontak ataupun melepaskan tautan kami. Aku ingin memeluknya seperti ini terus. Aku ingin merasakan apa yg dirasakannya. Aku ingin mengurangi bebannya. Aku ingin seperti ini. Sunbae, lakukan lah apa yg mau kau lakukan padaku…

**

PLAK!
Pipiku memerah karena terkena tamparan Tiffany Hwang, kekasih Nichkhun sunbae. Ini semua karena sebuah foto kami yg sedang berpelukan beberapa hari lalu. Aku tak menyesalinya. Entahlah… tapi aku benar-benar tak menyesal.
“Dasar perusak hubungan orang! Kau benar-benar yeoja murahan!”
“CUKUP, TIF!” Teriakan Khun sunbae membuat yeoja dihadapanku membelalakan matanya.
“Ini salahku. Aku yg memeluknya saat itu. Jadi jangan salahkan dia! Jangan lakukan apapun padanya. Jebal, Tiff…” lanjut Khun sunbae.
Aku hanya bisa menundukkan kepalaku pasrah. Aku tak tau harus berbuat apa. Apalagi kalau kejadian ini ditonton oleh puluhan pasang mata. Sungguh memalukan.
Yg terakhir kudengar adalah Tiffany menangis dan berlari menjauhi tempatku lalu Nichkhun sunbae menyusulnya. Sungguh tragis… aku yg jadi korban tapi aku yg ditinggalkan begitu saja. Menyedihkan…
“Apa kerjaanmu hanya menangis saja eoh?”
Lagi-lagi suara namja kodok itu.
“Kajja, ikut aku!”
Dan lagi-lagi tanganku ditarik paksa olehnya.

**

“Aucch… apa tidak bisa pelan-pelan?” Sungutku pada namja di hadapanku.
Dia mengompres pipiku dengan batu es yg entah dia dapat dari mana.
“Siapa suruh kau jadi selingkuhan!”
“Bukan mauku! Dia yg memelukku!”
“Dan kau tak menolak.”
Aku tak bisa berkata apapun tapi memang begitu.
“AUCH! YA!”
Dia benar-benar menyebalkan, kenapa menekannya kencang begitu?
“Makanya jangan berpikir untuk kembali pada namja sepertinya, pabbo!”
Aissh.. dia menjengkelkan sekali. Kalau saja Jiyoung sudah masuk, aku juga takkan mau diobati olehnya. Issh…

**

“Kau mau tau bagaimana bisa aman dari tatapan tajam mereka dan juga kemarahannya Tiffany sunbae?” Tanya Minho tiba-tiba.
Kami sedang berjalan menuju area parkir karena kebetulan atau tidak, lagi-lagi dia menghampiriku.
“Bagaimana?”
“Pertama jangan dekat-dekat dengan namja bernama Nichkhun.”
“Ah, itu aku tau. Aku akan coba.”
“Kedua…”
“Ne?”
“Kedua…”
“Ya?”
“Kedua…”
“APA???”
“Jadilah kekasihku!”
Aku tercengang. Dia sedang bercanda kan? Iya kan? Gak… gak mungkin si namja kodok ababil bin aneh ini beneran nembak? Oh NOOO!!!
Aku tak merespon apapun, yg terjadi justru aku berbalik dan menjauh darinya. Pergi dari sana, mungkin menuju halte.

**

Hari sialku kembali datang. Kalau kemarin-kemarin karena pasangan baru itu tapi sekarang karena si kodok itu. Arrgh… kapan hidupku bisa tenang eoh?
Kalian tau? Semua mahasiswa menatapku sinis, berbisik ini dan itu, berkata seperti “Cih… jadi yeoja seperti ini yg menolak, Minho sunbae?” atau “Apa dia merasa sangat cantik hingga berani menolak Minho sunbae?”
Astaga… kenapa mereka suka sekali mengurus urusan orang sih? Menyedihkan..
“Chae Won-ah!”
Dan aku bernafas lega saat Jiyoung menghampiriku.
“Untunglah kau masuk hari ini.”
“Setidaknya sahabatmu yg cantik ini bisa menemanimu menghadang kegalauan yg diakibatkan sunbae-yg-katanya-tak-kau-kenal-tapi-menembakmu-itu. Choi Minho. Mari kita bicara, dan kau harus jelaskan apa yg terjadi padaku selama aku absen.”
“Arraseo.. kajja.”

**

“Hahaha… kurasa kau benar-benar kena sial dari dua namja tampan di kampus. Jinjja, daebak.”
“Kau tak membantu.”
“Oh ayolah… kapan lagi kau jadi populer seketika hanya karena dikaitkan dengan namja-namja tampan. Hehehe… kurasa jika kau sekarang mencalonkan diri jadi ketua senat atau apapun itu, kau akan mendapat banyak suara.”
“Suara menjatuhkan.”
“MAJA! HAHAHAAHA…”
Aku memutar bola mataku kesal. Kedatangan Jiyoung tak membantu apapun. Bukannya aku keluar dari masalah, justru dia membuatku tambah pusing. Apa katanya? Mencalonkan diri jadi ketua senat? Yg ada aku sudah dihujam oleh timpukan batu saat berpidato.
“Tapi kurasa Choi Minho itu benar-benar menyukaimu.”
Aku meliriknya yg sedang menatapku serius dengan dahinya yg berkerut.
“Maksudmu?”
“Ya, dia selalu ada saat kau sedih dan butuh seseorang. Dia menyemangatimu karena dia bilang dia senasib. Tapi kau tau sendiri dia dan Tiff sunbae itu sepupuan tak mungkin kan dia menyukai Tiff sunbae. Jadi kurasa itu hanya salah satu akal-akalannya dia.”
“Tak juga. Mungkin saja kan dia menyukai Tiff sunbae. Mereka hanya sepupu bukan kakak adik.”
“Tetap saja terlarang.”
“Ah… sudahlah tak membantu. Kalau dia menyukaiku lantas kenapa? Aku baru saja sakit hati tak mungkin semudah itu menerimanya. Lagipula dia belum Pe-De-Ka-Te. Ingat itu!”
“Iya juga sih. Wajar kalau kau…”
“Kau apa?”
Aku bertanya padanya karena ya… kalimatnya sangat menggantung dan membuatku penasaran. Apalagi tatapannya yg tiba-tiba tercengang seperti melihat hantu.
“Ya Kang Jiyoung! Ada apa?” Tanyaku sambil mengguncang tubuhnya. Tapi bukannya menjawab dia tetap pada posisi semula.
Apa dia melihat sesuatu? Aku menoleh dan…
“Annyeong, chagiya!”
CHOI MINHO! WHAT? Sejak kapan dia di sana. Solma…
“Jadi kau mau aku pedekate begitu? Arra… akan kulakukan. Kenapa tidak bilang saja. Kau membuatku salah paham. Hahaha…”
Mata kodoknya benar-benar ada di hadapanku, wajahnya sangat-sangat dekat dan membuatku ingin muntah seketika. Aissh… dosa apa aku ini?
Dia menarik kursi yg berada tepat di sampingku dan duduk di sana tentunya. Lalu kulirik Jiyoung yg sekarang sudah terkekeh-kekeh melihatku. Huh… sahabat macam apa dia?
“Kau tak mau mengenalkan calon namjachingumu ini pada sahabatmu, eoh?” Ucapnya lagi.
Apa katanya? Calon… issh…
“Jiyoung, kau tau kan dia siapa? Choi Minho. Dan kau, dia sahabatku, Kang Jiyoung.” Ucapku dengan nada terpaksa. Ingat itu TERPAKSA!
“Annyeonghaseo sunbae. Bangapseumnida. Aku banyak tau tentangmu. Kau sangat populer, dan saat melihatmu dari dekat rasanya aku sangat beruntung. Jinjja.” Ucap Jiyoung histeris.
Tunggu… tunggu… apa katanya? Beruntung? Oh.. yg benar saja? Aku merasa sial dekat dengannya.
“Gomawo, Jiyoung-ssi. Kau beruntung karena aku menyukai sahabatmu jadi kau bisa sedekat ini denganku.”
“Jadi sunbae benar-benar menyukainya? Wah… Chae Won-ah kau dengar itu? Kau memang DAE to the BAK, DAEBAK! Kenapa kau bisa menyukainya sunbae? Kau tau kan dia itu, ehm, tidak modis, kutu buku, pendiam, dan ya.. jutek.”
Aku memasang deathglare pada Jiyoung. Kurang ajar dia menjelek-jelekkanku begitu. Walaupun tak masalah tapi tetap saja itu sudah menjatuhkan harkat dan martabatku. Huh…
“Apa butuh alasan? Cinta tak butuh alasan bukan?”
“OMO! Jinjja… sunbae kau memang romantis. Aku heran kenapa Chae Won hanya menyukai Nichkhun sunbae-nya itu. Setiap hari yg ada di otaknya hanya Nichkhun, Nichkhun, dan Nichkhun. Dia kuliah di sini pun karena Nichkhun. Dia masuk club karena Nichkhun. Bahkan ya sunbae dia…hmmph…”
Aku menyumpalnya dengan roti yg tadi kupesan. Kenapa juga dia harus menceritakan banyak hal padanya. Aissh…
“Gokjongma, chagi. Aku takkan cemburu. Kurasa aku akan membuatmu seperti itu tapi tentu saja namjanya menjadi aku. Setiap hari kau akan memikirkanku. Akan kupastikan. Hehehe…”
“Your wish…!”
“Yes, I wish. Kau bisa membantuku kan, Jiyoung-ssi?”
“Tentu saja sunbae, dengan senang hati.”
MWOYA? Awas kau Kang Jiyoung! Aku takkan mengampunimu nanti. Lihat saja!

**

Dan benar saja Jiyoung berada di pihak namja itu. Semisal, dia memberitahu alamat rumahku hingga sekarang, pagi ini, dia sudah berdiri di depan pagar rumahku dengan alasan untuk menjemputku. Ah, ya ditambah lagi dengan Jiyoung memberitahu jadwal kuliahku. Arrghh… sahabat menyebalkan.
“Dia siapa, Wonnie-ah?”
Buruknya, eomma tau ada tamu datang. Ini semua karena mobil sport birunya yg terpampang jelas dan nyata itu. Huh..
“Orang nyasar!” Sahutku.
“Ani, eommonim. Nan… namjachingu-iyeyo.”
Aku mendelik tajam padanya. Kenapa bisa-bsianya dia mengubah status itu? Eyy… pasti habis ini eomma ribut sendiri. Lihat saja… Hana… dul… set…
“Mwo? Kau? Namjachingu, Wonnie? Jinjja? Aigoo… tampannya. Kajja masuk. Kenapa kau tak menyuruh namjachingumu masuk, Wonnie-ah. Kajja.. masuk.. ehm, siapa namamu?”
“Minho, Choi Minho eommonim.” Sahutnya dengan senyuman mata kodok yg memuakkan itu.
Issh… kenapa juga dia harus ke sini. Ini semua karena Kang Jiyoung!

**

“Kapan lagi kau dijemput namja tampan eoh? Bukankah selama ini eommamu selalu menanyakan hal itu? Kau tak punya kekasih? Jangan terlalu fokus pada kuliah! Pikirkan juga masa depanmu! Bagaimana kau mau menikah kalau tak ada satupun namja yg dekat denganmu. Dan sebagainya… Jadi aku jamin setelah ini takkan ada gerutuan itu kan? Bukankah itu bagus?” Jelas Jiyoung panjang lebar tapi tetap menyebalkan.
“Apanya yg bagus. Yg ada nanti dia akan bertanya, kapan kalian mau meresmikannya? Atau, kau sudah mengenal keluarganya? Kapan eomma bisa bertemu dengan keluarganya? Bukankah itu lebih menakutkan.”
“Hahaha… eommamu kan hanya punya satu anak, wajar dia seperti itu. Dia takut kalau putrinya itu tak normal mungkin.”
“YA!”
“Hahaha… sudahlah, nikmati saja. Tak buruk kan jadi kekasihnya Choi Minho. Hehehe…”
Memang sih tak buruk. Tapi aku merasa ini terlalu cepat. Sangat cepat.. Lagipula hatiku masih sakit karena Khun sunbae. Huh…
“Untukmu…”
Tiba-tiba sunbae yg baru saja dibicarakan memberikanku setangkai mawar. Mwoya? Dia berusaha mencari perhatianku?
“Kau pikir aku di kantin untuk makan bunga?” Ucapku sinis.
“Ahh.. salah lagi. Tapi Jiyoung bilang kau menyukai mawar merah.”
“Aku tak bilang aku tak suka.” Aku mengambil mawar dari tangannya. “Tapi tidak memberikan di saat yg tak tepat juga, kan. Geundae… gomawo.” Lanjutku lagi.
Dia duduk di sampingku dan tersenyum puas. Ya, aku tak bisa menolak sebuah bunga mawar yg paling aku sukai. Ditambah lagi ini bunga mawar pertama yg kuterima. Kalau boleh, rasanya aku ingin melompat-lompat dan berteriak. Tapi tentu saja tidak akan kulakukan di depan kodok itu.
“Ah, sepertinya aku harus ke kelas duluan. Kalian bersenang-senanglah! Ah, ya aku akan menandatangani absenmu, Wonnie-ah. Gokjongma, ok! Annyeong!”
“YAYAYA! KANG JIYOUNG TUNGGU AKU!”
Aissh… kenapa dia main kabur begitu saja? Astaga…
“Sahabatmu benar-benar membantu. Sepertinya aku harus memberikannya hadiah suatu hari nanti. Kajja, kita pergi dari sini. Kau pasti tak suka kan dengan pandangan orang-orang di sini.”
Dia mau membawaku kemana?

**

“Bukankah indah?” Tanyanya padaku saat kami berada di lapangan sepak bola. Mwoya? Dia membawaku ke tempat macam ini?
“Aku tau kau tak suka sepak bola. Tapi karena aku, kau pasti akan menyukainya. Lihat saja! Akan kutunjukkan sesuatu!”
Dia berlari menuju lapangan dari kursi penonton yg tadi didudukinya tepat di sampingku. Lalu dia mengambil sebuah bola yg entah dari mana. Dia mulai menunjukkan skill-nya. Dan aku… aku benar-benar terpesona. Aku tau itu tak mudah. Dan dia menunjukkannya seolah itu sangat mudah.
“Kau mau coba?”
“Aku? Tidak. Terima kasih.”
“Ayolaah…”
Aku menghampirinya juga pada akhirnya. Dan dia mulai mengajariku bagaimana cara memainkannya. Sulit. Tapi cukup menantang dan menyenangkan.
“Joha?”
“Eoh?”
“Kajja, aku haus…”
Mwoya? Dia bisa seenaknya begitu. Padahal kan aku sedang asik memainkan bola itu. Huh..

**

Dia mengajakku ke café yg berada di depan kampus. Kenapa tidak ke kantin? Tentu karena tak mau diperhatikan oleh penghuni kantin nantinya.
“Aku pesan kiwi juice dua!” Ucapku pada pelayan.
“MWO? Kiwi?”
“Ne, wae? Kau bilang apapun yg kusuka.”
“Tapi kenapa kiwi? Kan asam…”
“Tapi enak.”
Tak berapa lama seorang pelayan mengantar pesanan kami.
“Cobalah…” Ucapku padanya. Dia mulai menyeruput jus-nya dan sepertinya dia mulai suka. “Enak bukan? Itu karena Khun sunbae menyukainya.”
BYUUUR… dia memuncratkan minumannya. Astaga… jorok sekali.
“YA! Kau jorok!” Pekikku.
“Kalau tau aku takkan meminumnya.”
“Wae? Bukankah enak?”
“Tapi kau menyukainya karena kau menyukai sunbae itu bukan? Tidak… tidak… kau tak boleh lagi menyukai hal-hal yg disukainya.”
“Hahaha… aku bercanda pabbo. Sunbae tak pernah meminum itu. Kurasa. Karena setauku dia suka jus strawberry.”
“Mwoya? Kau mengarjaiku?”
“Bukankah lucu. Hahaha… dasar namja jorok! Hahaha…”
“Kau bermain-main denganku rupanya, Cho Chae Won? Awas saja!”
Aku hanya tertawa melihatnya yg belepotan jus itu. Kasian juga. Akhirnya aku mengeluarkan sapu tangan dari tasku. Tenang, ini bersih karena aku tak memakainya.
“Harusnya kau segera ke kamar mandi.” Ucapku sambil mengelap wajah, tangan, dan pakaiannya yg basah. “Cepat bersihkan lagi di kamar mandi! Nanti kau dikerumuni semut lagi.”
“Bukankah aku memang manis?”
“Aissh…”
Dia pergi dari hadapanku. Dan dengan segera aku meminta pelayan membersihkan meja kami juga mengganti jusnya. Kurasa dia tak benar-benar menyukainya.
“Kenapa diganti?” Tanyanya saat sebuah orange juice yg ada di hadapannya.
“Kau tak menyukainya bukan?”
“Tidak juga. Rasanya memang asam, tapi aku suka.”
“Jangan memaksakan diri! Sudah minum itu saja.”
“Bagaimana kalau…”
Dia menukar jus kiwiku dengan orange juice-nya. Aissh… geu namja jinjja.
“Aku akan berusaha menyukai apa yg kau suka, jadi kau juga harus begitu. Arra?” Ucapnya sambil menyeruput jus kiwi milikku. Hah… dia memang tak terduga.

Apa perasaan Chae Won akan berubah pada Nichkhun? Apa benar Minho mencintai Chae Won? Lalu bagaimana sebenarnya hubungan Tiffany dan Nichkhun?

**To Be Continued**

2 Comments

Filed under Angst, Chapter, Romance, Sad

2 responses to “[FREELANCE] Broken Heart – part 1

  1. janicesaantosa

    ide critanya bagus sih, college life.. termasuk genre yang jarang.. cm mulai dari tengah, aku agak semacam bosan baca part yg ini. Mgkin karena porsi percakapannya mendominasi dan sudut pandang yang dipakai sudut pandang orang pertama. Jadi semuanya keliatan kaya percakapan semua..
    Untuk ff yang selanjutnya, mungkin bisa dicoba pake sudut pandang orang ketiga (author’s point of view)
    Semangat, thor..

Leave a comment